Jembatan Selat Sunda Solusi Permanen

Menurut Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, kemacetan di Merak-Bakauheni bukan hanya terjadi akhir-akhir ini. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan terjadi kerugian ekonomi dan waktu yang luar biasa besar bagi daerah-daerah di Sumatera dan Jawa.
"Pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni semakin sulit mengimbangi lonjakan kendaraan, apalagi ke depannya nanti. Untuk itu, pembangunan (Jembatan Selat Sunda atau JSS) harus dimulai. Bukan hanya untuk kita, melainkan untuk anak-cucu kita ke depan," tuturnya, Rabu (2/3/2011).
Ia optimistis, pembangunan JSS bukanlah sekadar cita-cita selama pemerintah, khususnya di pusat, serius mewujudkannya. Namun, yang menjadi salah satu kendala, biaya pembangunan JSS cukup tinggi, diperkirakan mencapai Rp 100 triliun. "Investornya sudah ada dari China. Keppres sudah dibentuk. Kita harapkan itu (JSS) segera terwujud," ucapnya.
Selain mendongkrak inflasi, terjadinya kemacetan di Merak-Bakauheni yang intensitasnya semakin tinggi akhir-akhir ini juga memicu kerugian yang besar bagi pengusaha. Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), kerugian akibat kemacetan di Merak-Bakauheni ditaksir bisa mencapai Rp 510 miliar per hari.
Menurut Ketua Apindo Lampung Yusuf Kohar, kerugian muncul dari pertambahan biaya operasional transportasi, biaya tunggu proses produksi, dan kerugian kerusakan barang. "Yang menjadi persoalan, semacam ini kan sudah klise, sering terjadi. Harusnya sudah ada antisipasi," ujar dia.
Kembali padat
Sementara itu, kondisi di Pelabuhan Bakauheni, Rabu, kembali padat setelah empat hari terakhir sempat lengang. Sejak Senin malam sampai Selasa (2/3/2011) pagi, banyak truk mengantre. "Namun, antrean itu masih tertampung di kantong-kantong parkir dermaga, tidak sampai keluar (areal pelabuhan)," tutur Syafruddin Hadi, petugas di Pelabuhan Bakauheni.
Penyeberangan Bakauheni-Merak kembali tersendat akibat cuaca buruk. "Angin kencang dan ombak tinggi muncul kembali pada hari-hari terakhir ini," tuturnya.
> yahoo
BERI KOMENTAR